Kita telah mengetahui bahwa banyak sekali larangan - larangan dalam islam yang mungkin itu menurut beberapa orang adalah hal yang sangat menyenangkan, tetapi taukah anda jika Islam sudah melarang pasti ada sisi Negatif pada hal tersebut. Mau tau apa Negatifnya dari larangan ini Yuk kita intip sama - sama.
1. Meninggalkan Sholat Wajib
Definisi sholat wajib :
Sholat wajib atau fardhu adalah Beribadah secara langsung dengan Allah yang dikerjakan
atau dilakukan oleh seluruh umat muslim didunia.
Macam-macam Sholat Wajib
1. Sholat Subuh
2. Sholat Dzuhur
3. Sholat Ashar
4. Sholat Maghrib
5. Sholat Isya’
Dosa Meninggalkan Shalat Wajib
- Shalat Subuh : satu kali meninggalkan akan dimasukkan ke dalam neraka selama 30 tahun yang sama dengan 60.000 tahun di dunia.
- Shalat Dzuhur : satu kali meninggalkan dosanya sama dengan membunuh 1.000 orang umat islam.
- Shalat Ashar : satu kali meninggalkan dosanya sama dengan menutup/meruntuhkan ka’bah.
- Shalat Maghrib : satu kali meninggalkan dosanya sama dengan berzina dengan orangtua.
- Shalat Isya’ : satu kali meninggalkan tidak akan di ridhoi Allah SWT tinggal di bumi atau di bawah langit serta makan dan minum dari nikmatnya.
Dalil meninggalkan Sholat Wajib
Artinya :
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (Qs Al-Ma'uun : 4)
Artinya :
(Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (Qs Al-Ma'uun : 5)
Artinya :
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka
kelak akan menemui kesesatan (Qs Maryam : 59)
Sisi Negatif Meninggalkan Shalat :
Jika kita Memahami, sebenarnya gerakan shalat adalah gerakan yang mengolahragakan tubuh kita pula. jadi bisa di katakan shalat juga adalah Olahraga. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Hong Kong mengungkap, dampak jangka panjang dari tidak pernah berolahraga tidak kalah berbahayanya dengan merokok. Penelitian yang dilakukan tahun 2004 itu menyebut, 20 persen penyebab kematian orang dewasa berusia 35 tahun ke atas adalah kurang olahraga.
2. Mencuri
Definisi :
Mengambil barang atau harta orang lain, tanpa izin orang yang mempunyai dengan maksud ingin memilikinya.
Dalil Larangan Mencuri
Hadist Larangan Mencuri
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Sesungguhnya orang-orang Quraisy disibukkan oleh kejadian seorang wanita Makhzumiyah yang mencuri. Mereka berkata, “Siapa orang yang berani menyampaikan masalah itu kepada Rasulullah SAW (agar mendapat keringanan hukuman )”. Lalu diantara mereka ada yang berkata, “Siapa lagi yang berani menyampaikan hal itu kepada beliau kecuali Usamah kecintaan Rasulullah SAW ?”. Lalu Usamah menyampaikan hal itu kepada beliau. Maka Rasulullah SAW bersabda kepada Usamah, “Apakah kamu akan membela orang yang melanggar hukum dari hukum-hukum Allah ?”. Kemudian beliau berdiri dan berkhutbah. Beliau bersabda, “Hai para manusia, sesungguhnya yang menyebabkan hancurnya orang-orang sebelum kalian bahwasanya mereka itu apabila orang terhormat di kalangan mereka yang mencuri, mereka membiarkannya, tetapi jika orang lemah diantara mereka yang mencuri, mereka menghukumnya” Demi Allah, seandainya Fathiah bint Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1315]
Hudud Orang Yang Mencuri (Hukuman)
Ciri-ciri orang yang dapat menerima Hudud
-Berakal
-Baligh
-Kesadaran Diri (sembuh dari Gila)
Pencuri Yang Tidak Boleh Dikenakan Hukuman Mencuri
1) Pencurian yang dilakukan secara khianat, iaitu orang yang mengambil harta atau barangan yang diamanahkan kepadanya. Mereka yang melakukan kesalahan tersebut tidak boleh didakwa dibawah kes sariqah (mencuri) dan tidak boleh dikenakan hukuman hudud, tetapi mereka itu hendaklah didakwa di bawah kes kesalahan pecah amanah yang wajib dikenakan hukuman takzir.
2) Orang yang mengambil harta atau barangan orang lain dengan cara paksaan dan kekerasan.
3) Orang yang menyambar barangan orang lain sambil lalu, iaitu semasa berjalan atau atas kenderaan,termasuk juga penyelok saku.
4) Pencurian berlaku dimedan peperangan.
5) Mengambil buah yang tergantung di atas dahannya kerana tersangat lapar dan dahaga.
6) Orang yang dipaksa mencuri dengan cara kekerasan, misalnya orang yang diancam dan akan dibunuh jika tidak mahu mencuri. Sebagaimana hujjah Hadith Rasulullah s.a.w yang bermaksud:
”Sesungguhnya Allah menghapuskan dosa umatku yang tersalah, terlupa dan dosa mereka yang dipaksa melakukan sesuatu kesalahan”.
(Riwayat Ibnu Majah dan Baihaq’i dan Lain daripada keduanya)
7) Orang yang terpaksa mencuri disebabkan tersangat lapar (kebutuhan) atau terlalu dahaga yang boleh membawa kepada maut tidak boleh juga dikenakan hukuman hudud, kerana mereka yang dalam keadaan tersebut adalah termasuk dalam darurat yang diharuskan oleh syarak melakukan perkara yang dilarang. Kes ini adalah merujuk kepada Kaedah Fiqhiyyah yang bermaksud :
” Darurat (dalam keadaan yang memaksa) diharuskan melakukan perkara yang dilarang”.
(dalam Al- Ashbah dan An – Nazha’ir)
Dalam perkara (6) dan (7) mereka itu terlepas dari hukuman hudud, tetapi hakim boleh mengenakan hukuman takzir keatas pencuri itu.
Sabit Kesalahan Mencuri
1. Kesalahan mencuri boleh disabitkan dengan adanya salah satu dari bukti-bukti berikut:
-Ikrar (pengakuan)
-Keterangan dua orang saksi lelaki yang adil
-Sumpah yang mardud yha itu sumpah pencuri itu dikembalikan kepada orang yang mendakwa, jika orang yang didakwa tadi tidak mengaku, dimana mengikut keterangan orang yang mendakwa bahwa orang yang didakwa itu memang sebenarnya adalah mencuri.
2. Pencuri yang mengaku melakukan kesalahan mencuri memadai membuat pengakuan hanya sekali pengakuan saja dan pengakuan itu dibuat dimajlis dalam Mahkamah dihadapan hakim.
3. Demi memastikan kebenaran keterangan saksi-saksi, untuk mensabitkan kesalahan seseorang itu apakah mencuri, hakim hendaklah menyoal siasat saksi-saksi itu mengenai harta atau barangan yang dicuri, cara kecurian, tempat kecurian, masa kecurian dan lain-lainnya.
4. Hakim hendaklah juga menanyakan kepada saksi-saksi itu hubungan antara orang yang dicuri dangan orang yang mencuri.
Hukuman Hudud Bagi Pencuri Yang Dikecualikan
1) Jumlah nilai harta atau barangan yang dicuri itu kurang daripada satu perempat dinar atau tiga dirham.
2) Untuk mensabitkan kesalahan mencuri itu tidak dapat dibuktikan mengikut yang dikehendaki.
3) Pencuri itu bukan orang yang mukallaf.
4) Pemilik harta atau barang yang dicuri itu tidak menyimpan dan menjaga hartanya dengan baik (Teledor).
5) Pencuri belum menjual atau memakai harta benda tersebut.
6) Harta atau barang yang dicuri bukan barang yang berharga dan bernilai.
7) Harta atau barang yang dicuri itu tidak memberi faedah dan tidak bernilai mengikut hukum syarak seperti alat hiburan atau minuman yang memabukkan.
8) Pencurian yang dilakukan oleh orang yang memberi hutang atas harta atau barang orang yang berhutang.
9) Pencurian yang berlaku itu dalam kedaan yang mendesak seperti didalam peperangan, dimasa sangat lapar dan dahaga.
10) Pencurian yang dilakukan oleh anak atas harta atau barang kepunyaan ibu bapanya hingga ke atas (kakek dan seterusnya).
11) Pencurian yang dilakukan oleh suami atas harta atau barang kepunyaan isterinya dan sebaliknya.
12) Pencuri itu mencuri harta atau barang kepunyaan Baitul Mal.
Hukuman Karena Mencuri
Siapapun yang melakukan kesalahan mencuri, wajib dikenakan hukuman hudud yang dikehendaki oleh hukum syarak.
1) Mencuri untuk pertama hendaklah dipotong tangan kanannya.
2) Mencuri untuk yang kedua hendaklah dipotong kaki kirinya dan,
3) Mencuri kali ketiga dan berikutnya hendaklah dikenakan hukuman takzir dan jika encur kembali di buang dari Negrinya.
Sebab Hudud Potong Tangan
- Dari Ibnu Umar r.a berkata, “Beliau (Rasulullah) memotong tangan pencuri karena mencuri perisai (baju besi) seharga 3 dirham” (Al Bukhari dalam Al Hudud no.6796 dan Muslim dalam Al Hudud no.1686/6)
- Dari Aisyah r.a, Nabi bersabda, “Tangan harus dipotong karena mencuri ¼ dinar atau lebih” (redaksi Al Bukhari dalam Al Hudud no.6789)
-Redaksi Muslim dalam Al Hudud no.1684/2, “Tangan pencuri tidak dipotong melainkan karena mencuri ¼ dinar atau lebih.”
Nabi bersabda, “Potonglah karena mencuri ¼ dinar, dan jangan potong karena mencuri kurang dari itu.” (Al Bukhari dalam Al Hudud no.6791)
Dari Rafi’ bin Khudaij menuturkan, “Aku mendengar Rasulullah bersabda: tidak ada hukum potong karena mengambil buah-buahan, begitu pula tandan kurma.” (HR. Ahlus Sunan, Abu Dawud dalam Al Hudud no.4388, dan At Tirmidzi dalam Al Hudud 1449)
3. Merampok
Definisi :
Suatu tindak kriminal di mana sang pelaku perampokan (disebut perampok) mengambil sesuatu barang atau harta berharga melalui tindakan kasar dan intimidasi. Karena sering melibatkan kekasaran, perampokan dapat pula menyebabkan jatuhnya korban.
Dalil Larangan Merampok
Artinya :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
4. Ghosob
Definisi :
Meminjam suatu barang milik orang lain dan menggunakanya tanpa izin. Mungkin Ghosob merupakan hal yang lumrah yang terjadi pada diri kita. Tapi sebenarnya Ghosob adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukan.
Dalil tentang Ghasab
Hukuman Bagi Orang Ghasab:
- Berdoasa jika ia mengtehui bahwa barang yang diambilnya tersebut milik orang lain.
- Jika barang tersebut masih utuh, maka wajib dikembalikan.
- Apabila barang tersebut hilang atau rusak karena dimanfaatkan maka ia dikenakan denda.
Ukuran denda itu terdapat beberapa pendapat, diantaranya:
- Mazhab Hanafi dan Maliki: Denda dilakukan dengan barang yang sesuai atau sama dengan barang yang dighasab. Apabila jenis barang yang sama tidak ada maka dikenakan denda seharga benda tersebut ketika dilakukan ghasab.
- Mazhab Syafi’i: Denda disesuaikan dengan harga yang tertinggi.
- Mazhab Hanbali: Denda disesuaikan dengan harga ketika jenis benda itu tidak ada lagi di pasaran.
Terjadi
perbedaan pendapat tentang apakah benda yang telah
dibayarkan dendanya itu menjadi milik orang yang menggasabnya ataukah masih
menjadi pemilik asal dari benda tersebut:
- Mazhab Hanafi: orang yang menggasab berhak atas benda itu sejak ia melakukannya sampai ia membayar denda.
- Mazhab Syafii dan Hanbali: orang yang menggasab tidak berhak atas benda yang yang digasabnya walaupun sudah membayar denda.
- Mazhab Maliki: orang yang mengasab tidak boleh memanfaatkan benda tersebut jika masih utuh, tetapi jika telah rusak, maka setelah denda dibayar benda itu menjadi miliknya dan ia bebas untuk memanfaatkannya.
Dampak dari semuanya adalah merugikan secara Materi dan Psikis orang yang menjadi korban, Entah orang itu akan jatuh miskin atau jadi takut sendiri.
5. Membunuh
Definisi :
Tindakan atau perbuatan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang, baik menggunakan barang yang wajar untuk membunuh ataupun tidak, apabila suatu tindakan tersebut dapat menghilangkan nyawa, maka ia dikatakan membunuh.
Dalil Tentang Membunuh
Artinya :
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar